Slideshow

Advertisement (468 x 60px )

Latest News

Selasa, 29 September 2009

Mudik Dunia Akhirat

Kerinduan untuk pulang ke kampung halaman dan bersilaturahmi dengan sanak
famili, sesungguhnya adalah episode awal dari teater kebutuhan batin manusia
untuk kembali ke asal usulnya.

Mudik Lebaran itu episode pulang secara geografis dan kultural. Dari alam
nasional, global, universal dan liar, manusia beramai-ramai balik ke
lingkungan primordial.

Kampung halaman adalah tanah air konkret. Tanah dan air sejarah kelahiran
mereka. Sehingga mudik episode kedua adalah kesadaran atau ikrar kembali
bahwa diri manusia berasal dari tanah dan air yang akan kembali ke tanah dan
air.

Episode mudik yang ketiga adalah kesadaran tentang Ibu Pertiwi dalam
pengertian yang lebih batiniah. Yakni kekhusyukan menginsafi kasih sayang
Ibunda, kandungan dan rahim Ibunda.

Betapa di puncak kepusingan hidup ini kita terkadang ingin kembali masuk ke
gua garba Ibunda. Episode mudik berikutnya adalah kembalinya kita semua ke
pencipta tanah air, ke sumber dan asal usul. Jadi, senantiasa siap kembali
kepada Allah adalah puncak mudik, adalah mudik sejati.

Sabtu, 08 Agustus 2009

Syaikh Siti Jenar

Artikel ini diambil dari sejarah syeh Siti Jenar seorang syeh yang dihukum mati pada jaman para wali karena menyebarkan ajaran wahdatul wujud (manunggaling kawula Gusti).

Kalau mau dilihat secara cermat tahukah kita bahwa benih atau inti dari ajaran syeh siti jenar berasal dari wejangan-wejangan Susuhunan di giri Gajah atau Giri Kedaton. Wejangan ini hanya diperuntukkan kepada murid-murid pilihan saja.

Dikisahkan seorang murid sunan giri bernama San Ali Ansar yang berasal dari desa Lemah abang. Ia terkenal dengan sebutan Syekh Lemah Abang atau Syekh Siti Jenar. Karna kelakuannya maka ia tidak termasuk murid yang terpilih. Ia lebih suka belajar ilmu-ilmu sihir atau yang biasanya disebut sebagai ilmu karang yang bersumber pada bantuan JIN atau setan Brekasakhan.karena itu ia tidak layak untuk menerima wejangan Ilmu sejati atau ilmu Haq.

Ketika susuhunan di giri kedaton sedang memberikan wejangan kepada murid-muridnya yang terpilih maka pada saat itu ia merubah dirinya menjadi seokor cacing agar secara diam-diam mengerti dan mendengar wejangan dari sang guru (sumber lain mengatakan syekh siti merubah dirinya menjadi cacing saat sunan giri memberi wejangan kepada sunan kalijaga di tengah laut).

Inti dari wejangan Sunan Giri dapat di iktisar sebagai berikut:

“Hai murid-muridku ketahuilah apa yang disebut dengan Nukad Gaib itu, Putih warnanya. Nukat Gaib itu besar sekali, tak bisa dibandingkan dengan alam semesta yang luas.

Nukad Gaib adalah kenyataan yang gaib, boleh dikatakan tidak diluar ataupun didalam. sungguh gaib adanya. Ia memiliki sifat tidak berubah, kekal abadi adanya. Ia berdiri didalam rukhani. Ketika dunia ia bisa digambarkan bersinar bagai cahaya emas yang baru disepuh.

adapun yang namanya rukhani ialah apa yang disebut Muhammad sejati (Nur Muhammad/Cahaya Muhammad), ia menyelinap dalam sikap hati. apakah nama lain yang sedang diteka-tekikan sang guru ini? Para murid tidak menjawabnya dan mereka diperkenankan mengajukan pertanyaan (Nanti). ternyata yang dimaksud dengan Nukad Gaib adalah “Iman Sejati”

Untuk dapat memahami Iman Sejati ini sunan giri memberikan peringatan ada 5 macam kesukaran yaitu: 1. Tampak Terpisah, 2. tampak bersatu, 3. tampak tidak berpisah, 4. tampak keluar dan 5. tampak mengeluarkan itulah yang harus di daya upayakan oleh setiap murid. selain itu ada yang disebut dengan martabat 7 yaitu : Martabat pertama disebut ALLAH, martabat kedua disebut Wujud mokal, martabat yang ketiga disebut Idhafi, Martabat yang ke empat disebut Ruh Idhafi, martabat yang kelima disebut Akyan Sabitah, martabat yang keenam disebut akhyan khariah dan martabat yang ketuju disebut Allah dan Muhammad. inipun harus didaya upayakan oleh setiap murid (maksudnya harus dipahami dan benar-benar dimengerti)

Martabat 7 ini terdapat pada kitab al Mursalah Illa Ruh Al-Nabi kitap ini merupakan inti dari ajaran tasawuf yang cenderung kearah pantheisthis. selanjutnya diterangkan terperinci oleh sang guru sabagai berikut : Allah berarti nama Tuhan Sejati, Wujud Mokal itu adalah Tuhan yang sejati itu, sedang wujud Idhafi adalah warna rupa yang sejati. Ruh idhafi itu hidup kita yang sejati sedangkan yang disebut dengan ahyan Sabitah adalah sesuatu ada yang sejati, sedangkan ahyan khariyah itu bayangan sejati.

Allah dan Muhammad itu ya Allah dan Muhammad sebagai rasulullah. bedanya Allah badan, badan itu rasa, didalam rasa ituada Dzatullah: Dzatullah dan Dzat Muhammad keduannya bersatu, arti yang sebenarnya ialah yang azali dan yang abadi, dan itulah yang disebut INGSUN, yang menjadikan sesuatu dan yang mengakiri sesuatu,Nukad Gaib yang Sejati.Percayalah tidak ada tuhan yang lain selain DIA yang sebenar-benarnya.

Mengenai perbedaan yang lima tadi, tidak boleh diucapkan karena harus dengan anugerah. Terdapatnya hanya pada dirimu sendiri. sekarang inipun belum bisa dinyatakan, sebab pernyataan itu cukup tersimpan dalam hati sendiri (kalau yang dinyatakan secara lahiriah akan menimbulkan KEMUSRIKAN, hal yang paling dilarang oleh ALLAH)

Setelah mendengarkan wejangan sunan Giri syekh siti jenar diam-diam pulang ke desa di lemah abang dan mencoba menyebarkan ajaran dari sunan giri dengan mendirikan perguruan ilmu haq, ternyata penyebarannya sangat mudah tanpa memperdulikan tirai sama sekali, dan tanpa dalil syara, sehingga berakibat khurang pada tempatnya.

Inti Wejangan

Wejangan yang di sebarkan oleh syehc siti jenar ini diisebut dengan wejangan syahidan. Intisarinya ” Ingsun menyaksikan pada zat Ingsun sendiri dengan pernyataan tak ada Tuhan Selain Ingsun, dan menyaksikan pula bahwa Insun memiliki utusan bernama Muhammad”. Ingsun adalah yang sebenar-benarnya yang bernama Allah, Allah itu adalah badan Ingsun. Rasulullah adalah rasa Ingsun, Muhammad itu adalah Cahaya Ingsun, ya Ingsun yang hidup dan tak kena maut, ya ingsun yang selalu ingat tanpa mengenal lupa, ya Ingsunlah yang abadi, ya Ingsun yang terang penglihatannya, Bahwa Ingsun (Allah) mengetahui segala gerak-gerik dan tingkah laku mahluk-Nya di mana dan pada saat kapanpun. Ingsun tak kenal kilaf, Ingsun yang maha menjadikan dan maha mengakhiri. yang berkuasa secara bijaksana dan terbuka dengan tiba-tiba sempurna dan terang tetapi tak nampak satupun gambaran yang serupa, melainkan Ingsun saja yang meliputi segala alam semesta hanya dengan kodrat Ingsun semata.

Perhatikan kata ingsun yang sebenarnya tidak boleh diucapkan untuk pribadinya, tetapi dengan siti jenar dilahirkan orang menganggap salah kaprah bahwa dia sudah benar-benar identik dengan Allah, sehingga Ingsun lebih di Tekankan dalam wejangannya. Pernyataan inilah yang membuat murid-muridnya salah kaprah dan pernyataan yang dilahirkan oleh sang guru inilah yang tidak diperbolehkan oleh para wali saat itu dan menimbulkan kemusrikan.